Darimana sebenarnya suku Mandar datang? atau siapakah nenek moyang orang mandar? Apakah nenek moyang orang Mandar berasal dari kera yang berevolusi menjadi manusia atau dari sekian banyak anak cucu Adam & Hawa?
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Ternyata pertanyaan-pertanyaan seperti itu sudah berupaya dijawab oleh para ahli sejarah, antropolog dan budayawan dengan berlandaskan kepada masing-masing teori dan bukti sejarah yang telah ditemukan.
Kalumpang atau biasa disebut dengan "Tana Lotong" lebih dikenal sebagai peradaban tertua yang ada di Sulawesi Barat. Namun, konsep tentang 'Tomanurung' lebih diyakini dan berakar di masyarakat Mandar sebagai leluhur mereka.
Bagaimana, menarik bukan???
____________________________________________________________________________________
Mandar berasal dari Kalumpang
Pitu Ulunna
Salu dan Pitu
Ba'bana Binanga lebih akrab di telinga kita dibandingkan degan
kalumpang. Sejarah perjanjian Tammajarra dan Allumangan
Batu di Luyo terlalu besar pengaruhnya dalam perkembangan kebudayaan
di Mandar, sehingga seolah-olah kita mengabaikan temuan-temuan arkeologi yang
ada di wilayah Kalumpang (Ridwan, 2013).
Penelitian
para arkeologi yang pernah dilakukan di Kalumpang telah memberikan hasil yang
sangat berarti dalam sejarah pertumbuhan kebudayaan pra sejarah di Indonesia.
Para ahli
arkeologi percaya bahwa penduduk Kalumpang purba merupakan satu suku
dari ras Austronesia yang membawa tradisi pertanian dan gerabah dari daratan
Asia yang bermigrasi ke wilayah kepulauan Nusantara (Ridwan, 2013).
Amiruddin
Maulana, tokoh pendidik di kabupaten Majene, menemukan patung Budha perunggu
(1930). Oleh Dr. FDK Bosch (1933), setelah membandingkan patung-patung Budha
yang ada di pulau Jawa dan Sumatera, Bosch menyimpulkan bahwa patung tersebut
mempunyai ciri khas tersendiri.
Oleh karena
tidak ada kesamaan yang dapat ditemukan di Indonesia, maka perbandingan
dilakukan dengan patung-patung yang ada di India, Muka, dan Gandara.
Kesimpulan
yang diperoleh Bosch ialah patung tersebut dipengaruhi oleh gaya Budha Greeco,
dimana gaya ini juga terdapat di India Selatan.
Dari sejarah
India Selatan telah diketahui bahwa dinasti Catahawana dalam memerintah
terkenal sebagai penganut kuat agama Budha aliran Hinayana sewaktu
abad ke 2 M dan selanjutnya tersebar ke kawasan Asia Tenggara (I Wayang, 2006).
Dari
penemuan di atas, Salahuddin Mahmud seorang peneliti
Mandar (1984) menyimpulkan bahwa di daerah Kalumpang pernah terdapat
sebuah kerajaan yang telah menjalin hubungan dengan daerah luar melalui
pelabuhan yang terdapat di Sikendeng. Hal tersebut diperkuat dengan
memperhatikan letak muara sungai Karama yang berhadapan dengan
muara sungai Mahakam di pulau Kalimantan, yang juga banyak
dilayari untuk memasuki pedalaman Kalimantan. Adapun di hulu sungai Mahakam terdapat kerajaan
Kutai Kartanegara yang termasuk pada abad ke 4 M. Dengan demikian
kerajaan Kalumpang tersebut merupakan kerajaan
yang tertua di Mandar (Ridwan, 2013).
Diduga kerajaan yang terdapat di
Kalumpang berpindah ke pegunungan, tepatnya ke Toraja atau ke Luwu, mungkin karena
terdesak oleh invasi kerajaan luar, atau adanya wabah penyakit yang menyerang
daerah tersebut.
____________________________________________________________________________________
Well, sejauh ini, kita hanya melihat dari satu versi saja guys... Masih ada satu versi lagi yang tak kalah seru, ibarat dongeng sih kisah yang satu ini, hehehe... Stay tune!
____________________________________________________________________________________
Manusia dari Kayangan
Pertama kali kalian membaca kalimat diatas, pasti kalian berfikir bahwa yang dimaksud adalah Bidadari yang cantik parasnya kan? ckckck...
1. Daeng Matangnga
____________________________________________________________________________________
Well, sejauh ini, kita hanya melihat dari satu versi saja guys... Masih ada satu versi lagi yang tak kalah seru, ibarat dongeng sih kisah yang satu ini, hehehe... Stay tune!
____________________________________________________________________________________
Manusia dari Kayangan
Pertama kali kalian membaca kalimat diatas, pasti kalian berfikir bahwa yang dimaksud adalah Bidadari yang cantik parasnya kan? ckckck...
Tidak usah
berlama-lama, Jadi begini kisahnya...
Dalam
masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat dikenal dengan istilah Tomanurung secara
bahasa berarti orang yang turun atau menitis (dari langit). Dalam
masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat, Tomanurung diyakini
sebagai manusia keturunan dewa yang berasal dari langit (kayangan) yang
menitis ke bumi (Abidin, 1999).
Kedatangan Tomanurung biasanya
diawali kekacauan, terjadinya perang saudara yang berkepanjangan, dan
berlakunya hukum rimba dimana yang kuat cenderung menindas yang lemah. Berdasarkan
keyakinan tersebut, dapat disimpulkan, beberapa ciri yang dimiliki oleh Tomanurung :
1. Tomanurung tidak dikubur saat meninggal, sebab tubuhnya menghilang, tinggal pakaian dan pusakanya.
Pongkapadang dan Torije'ne' bertemu, lalu menikah dan menetap di Tabulahan melahirkan tujuh orang anak yang disebut 'tau pitu' dan menjadi cikal bakal mandar selanjutnya. Mereka ialah :
1. Tomanurung tidak dikubur saat meninggal, sebab tubuhnya menghilang, tinggal pakaian dan pusakanya.
2. Tomanurung dapat tiba-tiba berada dimanapun tanpa dirasakan.
3. Tomanurung bisa kapan saja merasuki tubuh keturunannya jika melakukan kesalahan.
4. Tomanurung terkadang muncul untuk membantu keturunannya jika ditimpa musibah
Muis Mandra
(1986:84-89) mencatat setidaknya ada empat konsepsi tentang Tomanurung yang
direkam dalam berbagai lontara' Mandar. Keempat Tomanurung tersebut
adalah Tokombong dibura (orang yang datang dari busa air), tobisse
di tallang (orang yang datang melalui belahan bambu), tonisesse' di Tingalor
(orang yang keluar dari perut ikan Tingalor), dan tomonete
di tarauwwe (orang yang datang meniti pelangi).
Konon
ceritanya...
Kehadiran
dua sosok sekaligus yaitu Torije'ne' sebagai sosok perempuan
yang sangat cantik dan Pongkapadang sebagai lelaki tangguh.
Torije'ne' merupakan simbol dari kehidupan air
dan daratan rendah (laut dan sungai). Ia dikisahkan berasal dari dalam air
karena itu disebut dengan Torije'ne' atau orang yang
berasal dari air. Sedangkan, Pongkapadang merupakan
simbol dari air pegungungan, ia dikisahkan berasal dari hulu sungai
saddang.
Menarik
untuk dilihat, bahwa penceritaan sejarah Mandar sejak awal senantiasa
dilekatkan dengan air. Air tampaknya merupakan elemen penting
dalam kebudayaan Mandar. Bahkan persekutuan
kerajaan yang lahir di Mandar juga dilekatkan dengan air (dari
simbol Torije'ne' dan Pongkapadang)
Pongkapadang dan Torije'ne' bertemu, lalu menikah dan menetap di Tabulahan melahirkan tujuh orang anak yang disebut 'tau pitu' dan menjadi cikal bakal mandar selanjutnya. Mereka ialah :
1. Daeng Matangnga
2. Mana Dahodo
3. Pullao Mesa
4. Simbak Datu
5. Burale'bo
6. Pattana Bulawan
7. Buntu Bulo
Berbeda dengan anak-anak Pongkapadang kesebelas cucunya ini pergi menyebar ke berbagai wilayah baru untuk dijadikan daerah yang dapat mereka kuasai. Nama-nama kesebelas cucu dari Pongka Padang dan Torije'ne' serta daerah yang mereka tuju:
1. Daeng Tumanan memilih tetap menetap di Tabulahan.
Kedua anak
perempuan Pongkapadang yaitu Simbak Datu dan Burale'bo kemudian
dinikahi oleh saudaranya Daeng Matangnga dan Mana
Dahodo. Dari hubungan pernikahan inilah melahirkan generasi
selanjutnya yang kini lebih dikenal masyarakat mandar sebagai To
Sampulo Mesa (orang sebelas).
Berbeda dengan anak-anak Pongkapadang kesebelas cucunya ini pergi menyebar ke berbagai wilayah baru untuk dijadikan daerah yang dapat mereka kuasai. Nama-nama kesebelas cucu dari Pongka Padang dan Torije'ne' serta daerah yang mereka tuju:
1. Daeng Tumanan memilih tetap menetap di Tabulahan.
2. Ampu Tengnge' atau Tammi pergi ke wilayah Bambang
3. Daeng Matana ke wilayah Mambi.
4. Ta Ajoang memilih daerah Matangnga
5. Saha Lima menempati daerah Koa di Tabang.
Lima dari
sebelas cucu Pongkapadang inilah yang kelak akan menjadi
generasi penerus di wilayah adat Pitu Ulunna Salu.5. Saha Lima menempati daerah Koa di Tabang.
Sementara,
enam orang lagi mengembara ke wilayah-wilayah pesisir pantai dan membentuk
beberapa kerajaan yang tersebar di wilayah pesisir lita' Mandar (tanah
Mandar). Keenam cucu Pongkapadang yang mengembara ke wilayah
pantai Tanah Mandar, ialah:
Dari beberapa versi cerita tentang Tomanurung sebagai manusia pertama yang mendiami wilayah Mandar memang memiliki beberapa perbedaan. Namun, semua berjuang pada pertemuan Pongkapadang dan Torije'ne' yang kemudian melahirkan generasi-generasi yang menyebar ke seluruh wilayah Mandar.
____________________________________________________________________________________
Jadi guys, bagaimana? Kisah tentang asal usul nenek moyang 'orang Mandar' menarik bukan? bagaimana tidak, kita dibuat penasaran bagaimana sih, kisahnya(?). Namun, keyakinan terhadap asal usul nenek moyang 'orang Mandar' pada masyarakat tentu sangat berbeda-beda. Tergantung dari latar belakang pendidikan dan kehidupannya.
1. Daeng Maroe berangkat menuju Tu'bi (kini Tu'bi Taramanu menjadi salah satu kecamatan di kabupaten Polewali
Mandar).
2. Daeng Malulung lebih memilih kewilayah pantai di
daerah Balanipa.
3. Tambuli Bassi menetap di Tappalang.
4. Makke Daeng berjalan lebih jauh sampai dan menetap
di daerah Mamuju.
5. Daeng Kamahu (Ta Kayyang Pudung) menetap di daerah
Sumahu Sondoang.
6. Ta'labinna berjalan lebih jauh lagi, Ia menetap di Kalumpang.
6. Ta'labinna berjalan lebih jauh lagi, Ia menetap di Kalumpang.
Kerajaan-kerajaan
yang ada di Tanah Mandar bukanlah tanpa awal dan tidak mempunyai sejarah
peradaban dan budaya. Menurut lontara yang tersisa (Sewang, 2010) dari hasil
pernikahan Pongkapadang dan Torije'ne' inilah
melahirkan penerus-penerus yang turun temurun akan membentuk kerajaan-kerajaan
di tanah Mandar.
Dari beberapa versi cerita tentang Tomanurung sebagai manusia pertama yang mendiami wilayah Mandar memang memiliki beberapa perbedaan. Namun, semua berjuang pada pertemuan Pongkapadang dan Torije'ne' yang kemudian melahirkan generasi-generasi yang menyebar ke seluruh wilayah Mandar.
____________________________________________________________________________________
Jadi guys, bagaimana? Kisah tentang asal usul nenek moyang 'orang Mandar' menarik bukan? bagaimana tidak, kita dibuat penasaran bagaimana sih, kisahnya(?). Namun, keyakinan terhadap asal usul nenek moyang 'orang Mandar' pada masyarakat tentu sangat berbeda-beda. Tergantung dari latar belakang pendidikan dan kehidupannya.
Mengenai
pilihan kita tentang asal usul nenek moyang 'orang mandar'
tentu berpulang kepada pilihan kita masing-masing.
Demikian
untuk blog kali ini, sampai jumpa lagi di blog selanjutnya.
Jangan lupa
share kawan-kawan ku yang budiman...
___________________________________________________________________________
Mamuju, 21 Oktober 2019
No comments:
Post a Comment